Kata Elon Musk Resesi Seks Ancam Peradaban Manusia, Begini Nasib Indonesia...
ORANG terkaya dunia Elon Musk, bica soal resei seks. Kata Elon Musk resesi seks ancam peradaban manusia. Kata Elon Musk resesi seks ancam peradaban manusia. CEO Tesla dan SpaceX menjelasjan tentang penurunan angka kelahiran akibat resesi seks di sejumlah negara. Menurut orang terkaya sejagat ini, turunnya jumlah penduduk dunia adalah ancaman terbesar peradaban. Itulah kata Elon Musk resesi seks ancam peradaban manusia saat ini. "Tidak ada cukup orang," kata Musk menekankan alasannya. Ia mengungkapkan hal itu dalam acara yang digelar The Wall Street Journal pada Senin. "Salah satu risiko terbesar bagi peradaban adalah angka kelahiran yang rendah dan tingkat kelahiran yang menurun dengan cepat." Baca Juga:Â Dunia Sedang Dilanda ‘Resesi Seks’, Penyakit Global Apalagi Tuh..? Elon Musk hadir dalam acara tersebut melalui sambungan video. Ia berada di pabrik baru Tesla. Dia menjawab pertanyaan dari seorang jurnalis tentang Tesla Bot yang diusulkannya, robot humanoid yang bisa menjadi pengganti tenaga manusia. Ini adalah kedua kalinya Elon Musk membahas pada turunnya angka kelahiran di seluruh dunia. Pada Juli, pengusaha itu men-tweet artikel Wall Street Journal tentang penurunan populasi. Dia juga menyuarakan keprihatinannya tentang berita tersebut. "Kolapsnya populasi berpotensi menjadi risiko terbesar bagi masa depan peradaban," ujarnya. Angka kelahiran secara global turun dari rata-rata 3,2 kelahiran per wanita pada 1990 menjadi 2,3 pada 2020, menurut data populasi dunia 2021. Jumlah penduduk dunia saat ini mencapai 7,8 miliar, diperkirakan mencapai puncaknya sekitar 9,7 miliar pada 2050. Namun populasi dunia menurun menjadi 8,8 miliar pada tahun 2021. Penelitian itu diterbitkan dalam jurnal The Lancet. Di Amerika Serikat angka kelahiran turun selama enam tahun terakhir, dengan 1.637 kelahiran per 1.000 wanita. Sensus AS tahun 2020 menunjukkan populasi di sana naik hanya 7 persen dari 2010 menjadi 331 juta orang. Negara lain yang sedang dilanda resesi seks adalah China. Angka kelahiran turun hingga di titik terendah sejak 1978 dengan hanya 8,52 kelahiran per 1.000 orang. Rendahnya angka kelahiran akibat anak muda lebih jarang melakukan hubungan seks dibandingan era sebelumnya. Elon Musk mengatakan penurunan populasi manusia sering diabaikan. "Begitu banyak orang, termasuk orang pintar, berpikir bahwa ada terlalu banyak orang di dunia dan populasi tumbuh di luar kendali," katanya. "Jika orang tidak memiliki anak lagi, peradaban akan runtuh. Perhatikan kata-kata saya." Begini Nasib Indonesia Banyak negara di beahan dunia sedang pusing menghadapi resesi seks alias menurunnya angka kelahiran secara drastis dalam populasi. Salah satu faktor yang diduga memicu terjadinya resesi seks adalah wanita menyatakan enggan menikah. Selain itu, ada pula pasangan yang memutuskan untuk child free atau tidak memiliki anak lantaran biaya hidup yang tinggi. Faktor lain yang melatar belakangi munculnya resesi seks yakni pandemi Covid-19. Salah satu negara yang sedang menghadapi tingkat resesi seks paling tinggi adalah China. Kebijakan 'one child policy' yang dikeluarkan pemerintah satu dekade lalu memperparah kondisi populasi China saat ini karena angka kelahiran semakin rendah. Menurut Ketua Pusat Pusat Kesehatan Reproduksi UGM Prof dr Siswanto Agus Wilopo, hal tersebut berkaitan dengan transisi demografis kedua atau second demographic transition. Transisi demografis kedua ini mengarah pada perubahan pertumbuhan penduduk dari masa ke masa. Dulu angka kelahiran begitu tinggi. Namun saat ini, dunia dihadapkan dengan laju pertumbuhan penduduk yang mulai menurun. Jepang dan China misalnya yang memang tak ingin melanjutkan keturunan. Lantas bagaimana dengan di Indonesia? Siswanto menyebut fenomena resesi seks juga bisa terjadi di Tanah Air. Saat ini tidak sedikit wanita yang enggan menikah sebelum memiliki posisi tertentu di pekerjaannya. Bahkan jika memutuskan menikah, mereka bakal menunda untuk memiliki buah hati. "Celakanya di Indonesia ini ada fenomena juga. Tidak bisa dipungkiri generasi muda kita mulai pilih-pilih. Kalau kita lihat fenomena yang ada di luar itu akan masuk ke kita, jadi hati-hati. Di perkotaan mulai seperti itu," katanya di agenda Media Training The 2nd International Conference on Indonesia. "Persoalannya di Indonesia memang luas, tapi di perkotaan mulai seperti itu. Kita harus mulai menempatkan ini dari sisi kebijakan," pungkas Siswanto. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: